Selasa, 19 Juni 2012

Makna Budaya Indonesia

Oleh: Roch Basoeki Mangoenpoerojo
Pengamat Militer dan Kebangsaan


Seperti kata Kuntjaraningrat, bahwa arti budaya meliputi tujuh (7) perihal yang menyangkut kebiasaan manusia dan masyarakatnya. Antara satu komunitas dengan komunitas lain selalu berbeda budayanya. Kebiasaan tersebut, tak semuanya disadari oleh masayrakatnya itu sendiri. Sehingga wajar bila ada pihak yang mencurinya, atau memaksakan kehendak untuk merubahnya.


Indonesia adalah “komunitas besar” yang terdiri dari suku-suku bangsa yang membawa budayanya sendiri. Indonesia adalah menyatunya budaya-budaya daerah tersebut untuk menjadi satu “Budaya Indonesia”, Bhinneka Tunggal Ika. Dia bukan Sriwijaya atau Majapahit yang memiliki budaya sendiri, tetapi dia adalah Indonesia yang mempunyai “konsep budaya tersendiri”, sekalipun belum nyata bentuknya. Langkah IACI (yang saya baca), merupakan langkah strategis menuju konsep budaya tersendiri tersebut. Inventarisasi budaya daerah sungguh diperlukan sebelum mewujudkan penyatuan untuk menjadi satu Ketahanan Budaya Nasional. Inti untuk itu adalah “jangan memaki” (menyalahkan/menjelekkan).


Jalan menuju kesana sungguh sangat panjang, namun sudah kita mulai. Akan terjadi tarik-menarik antar kekuatan budaya masing-masing daerah plus masuknya budaya asing yang kesemuanya sarat kepentingan. Sehingga diperlukan kejernihan berpikir untuk memilah dan memilih menghindari keransuan sikap. Sungguh mulia pilihan karya ini.


Berdasarkan temuan dari pengembaraan saya guna mewujudkan hal tersebut benar-benar tidak sederhana. Semua disiplin ilmu dan kecenderungan mainstream di tingkat global harus mendapatkan perhatian seksama tanpa pilih kasih. Hanya satu yang dibedakan, berfokus pada kepentingan nasional.


Hakikat budaya yang saya temukan dari pengembaraan 35 tahunan itu adalah kemampuan kita mendeskripsikan “alam bawah sadar” yang mendorong masyarakat untuk melakukan/bersikap sesuatu karya. Banyak perilaku masyarakat itu timbul dari alam bawah sadarnya sehingga mereka tidak mampu untuk mengatakan dengan kata-kata yang jelas terhadap sikap yang mereka ambil. Oleh karena itu sangat tepat seruan “jangan memaki”, karena mereka bersikap dari alam bawah sadarnya.


“Pancasila” dikatakan oleh penggalinya, digali dari sanubari bangsa atau hati nurani warga bangsa. Kelima sila itulah deskripsi budaya bangsa, yang disarikan dari hati-nurani budaya-budaya daerah dari sabang sampai merauke. Ungkapan diskripsi ilmiah tentang alam bawah sadar seluruh warga bangsa. Itulah yang terkandung di dalam tarian Reyog Ponogoro, nyanyian si Butet, alat musik angklung, ukiran jepara maupun asmat, batik/lurik Solo-Pekalongan-Flores-Kaltim-Minang, sampai manajemen warung Padang, selamat berkarya dalam “Budaya Indonesia”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar